Entri Populer

Kamis, 20 Januari 2011

Belajar Sang Pemilik Keagungan (Al Mutakabbir)

اللهم اني اسالك باسمك الطهر الطاهر وبتظمك وكبريائك الذى اذا طلبت بها الحسنات نيلت واذادرئت بها السيات حيلت اللهم اصرف عني السوء والق علي من زينتك ونعوت ربوبيتك ما تقهر بها القلوب وتذل بها النفوس وتقر بها الابصار وتلذبها الافكار وتخضع بها كل متكبر جبار يا الله يا متكبر يا قهار. وصلى الله على سيدنامحمد
وعلى اله وصحبه وسلم

"Ya Allah aku mohon kepadaMu, dengan namaMu yang Suci, serta keagungan dan kebesaranMu yang bila dimohonkan kebijakan dengannya diperoleh kebajikan itu. Bila ditolak keburukan dengan menyebutnya terjauhakan dari keburukan itu. Ya Allah hindarkanlah aku dari segala keburukan, campakkanlah ke dalam jiwaku keindahanMu serta sifat-sifatMu yang terpuji, agar tunduk dengannya semua kalbu, serta luluh semua jiwa, sejuk karenanya semua mata dan tenang semua pikiran lgi tunduk semua yang angkuh dan pembangkang. Wahai Tuhan, Ya Mutakabbir Ya Qahhar, Wa shallallohu ’ala sayidina Muhammadin wa ’ala alihi wa shahbihi wa sallam”

Jika sifat kibriya’ Tuhan akan kita teladani, maka camkanlah pandangan Imam al Ghazali berikut ini menyangkut manusia yang mutakabbir:

” Yang mutakabbir dari hamba-hamba Allah adalah yang zahid, yakni menjauhkan diri dari kenikmatan dunia lagi arif. Zuhudnya seorang arif adalah dengan melepaskan diri dari apa yang dapat menyibukan dirinya dar apa yang menyangkut apa yang diperebutkan oleh makhluk.

Memandang diri lebih besar dan agung dari segala sesuatu kecuali Allah, dan dengan demikian dia akan memandang kecil dunia dan akhirat, sehingga dia tidak berada dalam posisi yang disibukan oleh keduanya dari memandang kepada Allah.

Adapun zuhudnya orang yang belum arif, maka dia berinteraksi dalam bentuk pertukaran. Dia membeli akhirat dengan kenikmatan duniawi, dia meninggalkan sesuatu yang bersifat sementara untuk memperoleh yang berlipat ganda dan bersifat langgeng di akhirat sana. Interaksinya adalah membayar dahulu dan menerima barangnya kemudian. Adapun yang diperbudak oleh syahwat makanan dan pernikahan, maka dialah yang hina—kalau yang demikian itu selalu dilakukannya.

Hamba Allah yang mutakabbir adalah yang memandang hina dan rendah, semua syahwat dan perolehan yang dapat diraih juga oleb binatang.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar